‘bagaimana rencana kita?”kedua tangan menopang
tubuh yang sedang duduk santai di lantai.
“lah rencana apa?” sembari melepas kedua kaos
kaki yang dipakainya.
“kita realisasikan sekarang,tapi bagaimana
jika kita ke geep?” menatap
langit-langit atap yang usang.
Kedua alis mengerut seolah berfikir keras dan
tangan menopang dagu “aku ga tau harus bagaimana,yang pasti kita harus
mengendap –endap dan jangan sampai kita berbarengan untuk menuju kesana”.
Sejenak terdiam “baikalah...tetap hati
hati,jangan sampai mereka tahu langkah kita” pergi menghampiri keran dan
ibadah.
-RRR-
Sila berjalan menuju pantry dan ia rogok suatu
ponsel yang tepat berada didalam saku tasnya *aku sudah berada di lantai
4,kemarilah....tetap berhati-hati*.
Sebuah senyuman yang mewakili suatu respon
pesan singkat tersebut,ia tatap waktu saat pesan singkat itu tiba di ponselnya
dan ternyta...ia terlambat 7 menit ,
lalu ia bergegas untuk menghampirinya.
Dengan hati-hati ia berlari tanpa meninggalkan
jejak dan suara sedikit pun untuk menghampiri suatu gedung tua terletak di
belakang gedung dimana ia bekerja.
Nampak mustahil seorang perempuan untuk
memberanikan diri tetap menerjang sepi-gelap-kotornya setiap ruang dan betapa
lapuknya kayu-kayu yang telah ia pijak.
Rasa takut menghampiri dadanya yang sedikit
terasa sesak saat ia terus mencoba berlari,walau hatinya sedikit ragu jikalau
Dame berada disana.
Saat ia merasa lelah,langkahnya terhenti dan
mencoba untuk sedikit mencuri oksigen,namun apa yang telah ia hirup,ternyata
wangi dari parfume Dame,dan semakin sila yakin bahwa Dame memang menepati
janjinya.
-RRR-
“aku tiba....” nafasnya terengah-engah
,sedikit ia bungkukkan tubuhnya dan mencoba menenangkan diri dan menghampiri
Dame yang berada di ujung gedung.
“bagaimana?sudah bisakah diriku kau sebut
pemberani setelah ku lewati bebrapa lantai tersebut?”sila mencoba ,menatap
wajah Dame yang sedang menikmati indahnya kota Bogor serta hirupikuknya.
“keren juga yah terlihat dari sini,sudah cukup
lama aku berada di kantor ini,namun baru kali ini ku pijaakkan kaki ku di
gedung dan lantai setua ini...” Dame tetap memandangi alam sekitar seolah tak
mau sedikitpun ada yang terlewat walau hanya sekedipan mata saja.
“...dan lucunya ini kau yang mengajak,kau
adalah orang baru disini,dan kau tak selamanya berada disini dan kau akan lebih
dahulu meninggalkan kantor ini.” Sambil tertawa kecil Dame sampaikan.
Sila pun merespon dengan sebuah senyuman
manisnya.
Dame tetap mengawasi setiap sudut luar puncak
gedung tua tersebut,hingga akhirnya....
“anginnya cukup besar disini,sudah yuk...aku
takut kamu masuk angin jika berlama lama disini” iya mencoba meninggalkan
tempat ia berdiri.
“kamu duluan aja,aku masih mau disini.” Dan
sila tetap berdiri menikmati angin yang mencoba mengganggu tubuhnya.
Langkah Dame terhenti saat ia berdiri tepat di
depan pintu kecil yangmenghubungkan antar luar dan dalam gedung
“sila...kemarilah.”
Sila pun menoleh kebelakang dan menghampiri
Dame yang telah menanti kehadiran dirinya “apa dam?”
Dame pun menanti langkah sila hingga terhenti
dan tepat berada di depan tubuhnya.
“ada apa?” langkah sila pun terhenti.
Dame pun membuka kedua tangannya,memberikan
suatu isyarat kepada Sila,agar Sila menghampirnya dengan tubuh yang ia sedikit
lunglaikan dan tangan Dame yang mencoba menahannya.
“mmmm...manjanya kamu sil” pelukan yang penuh
kehangatan yang Dame berikan kepada tubuh mungil Sila . “ini yang aku suka,kamu
begitu paham” sila pun enggan menolak kehangatan ini.
Pelukan Dame adalah pelukan yang pertama kali
Sila rasakan,kehangat yang berbeda saat ia bersama dengan kekasihnya,Sila
merasa terjaga saat bersama Dame lain halnya seperti saat ia bersama
kekasihnya.
“aku tak lama lagi berada disini dam” airmata
pun sontak terjatuh dari kedua mata Sila,pelukan Dame pun semakin erat,seakan
tak mau kehilangan, “kalo kangen ya bilang,jangan kamu pendam
sendirian...”,”aku malu,mungkin aku akan bicara seperti itu padamu dam “.
Dalam pelukannya sila merasa heran “dam ko aku
deg-degan?”,dame pun sedikit merenggangkan pelukannya “iya dadamu
bergetar,hingga kesini,kamu kenapa sil?”,sila tetap heran “aku ga tau dan,apa
arti dari getaran ini...”, dengan dewasanya dameia merespon “mungkin kamu yang
terlalu kelelahan saat berlari tadi sil..”, “tapi aku lelah merasakan getaran
ini,begitu cepat,tak biasa.” Tubuh sila pun semakin melunglai hampr tak mampu
berdiri dan Dame pun mencoba memeluk lebih erat.
-RRR-
Sebuah isyarat Dame berikan kepada Sila,dan di
kecuplah kening yang tak begitu lebar yang dimiliki Sila,pipi yang merona ,dan
bibir manisnya.
Hingga akhirnya mereka tak kuasa menopang
tubuhnya masing-masing,mereka jatuhkanlah dirinya di sebuah bangku dan sila pun
berada tepat di pangkuan dame.
Keduanya merasa aman dan terjaga bercumbu
bersama di lantai 4 tersebut.Atas dasar apa,mereka pun tak tahu mengapa mereka
melakukan hal tersebut.
Cukup lama mereka bercumbu mesra dan sila
mencoba meng akhirinya “mmmhhh...udah...aku takut”, dame pun melepaskan
pelukannya “oke,aku turun yah,bagaimana dengan kamu?”,”pergi saja,biar aku
sendiri,aku takut nanti ada yg lihat”
Sebuah pesan singkat menghampiri ponsel sila
setelah beberapa saat Dame turun ddar lantai tersebut *aman,kalo mau
turun,turun aja,tetap hati-hati yah :* *
Bergegaslah sila turun dan tetap berhati-hati.
Keduanya telah berada di pantry dan berkumpul
bersama dengan rekan-rekan lainnya seolah tak melakukan hal apa pun di
beberapa saat lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar