pose pose

pose pose
aksi gue gimana gue :p

Rabu, 22 Januari 2014

Lantai 4



‘bagaimana rencana kita?”kedua tangan menopang tubuh yang sedang duduk santai di lantai.
“lah rencana apa?” sembari melepas kedua kaos kaki yang dipakainya.
“kita realisasikan sekarang,tapi bagaimana jika kita ke geep?” menatap langit-langit atap yang usang.
Kedua alis mengerut seolah berfikir keras dan tangan menopang dagu “aku ga tau harus bagaimana,yang pasti kita harus mengendap –endap dan jangan sampai kita berbarengan untuk menuju kesana”.
Sejenak terdiam “baikalah...tetap hati hati,jangan sampai mereka tahu langkah kita” pergi menghampiri keran dan ibadah.
-RRR-
Sila berjalan menuju pantry dan ia rogok suatu ponsel yang tepat berada didalam saku tasnya *aku sudah berada di lantai 4,kemarilah....tetap berhati-hati*.
Sebuah senyuman yang mewakili suatu respon pesan singkat tersebut,ia tatap waktu saat pesan singkat itu tiba di ponselnya dan ternyta...ia terlambat  7 menit , lalu ia bergegas untuk menghampirinya.
Dengan hati-hati ia berlari tanpa meninggalkan jejak dan suara sedikit pun untuk menghampiri suatu gedung tua terletak di belakang gedung dimana ia bekerja.
Nampak mustahil seorang perempuan untuk memberanikan diri tetap menerjang sepi-gelap-kotornya setiap ruang dan betapa lapuknya kayu-kayu yang telah ia pijak.
Rasa takut menghampiri dadanya yang sedikit terasa sesak saat ia terus mencoba berlari,walau hatinya sedikit ragu jikalau Dame berada disana.
Saat ia merasa lelah,langkahnya terhenti dan mencoba untuk sedikit mencuri oksigen,namun apa yang telah ia hirup,ternyata wangi dari parfume Dame,dan semakin sila yakin bahwa Dame memang menepati janjinya.
-RRR-
“aku tiba....” nafasnya terengah-engah ,sedikit ia bungkukkan tubuhnya dan mencoba menenangkan diri dan menghampiri Dame yang berada di ujung gedung.
“bagaimana?sudah bisakah diriku kau sebut pemberani setelah ku lewati bebrapa lantai tersebut?”sila mencoba ,menatap wajah Dame yang sedang menikmati indahnya kota Bogor serta hirupikuknya.
“keren juga yah terlihat dari sini,sudah cukup lama aku berada di kantor ini,namun baru kali ini ku pijaakkan kaki ku di gedung dan lantai setua ini...” Dame tetap memandangi alam sekitar seolah tak mau sedikitpun ada yang terlewat walau hanya sekedipan mata saja.
“...dan lucunya ini kau yang mengajak,kau adalah orang baru disini,dan kau tak selamanya berada disini dan kau akan lebih dahulu meninggalkan kantor ini.” Sambil tertawa kecil Dame sampaikan.
Sila pun merespon dengan sebuah senyuman manisnya.
Dame tetap mengawasi setiap sudut luar puncak gedung tua tersebut,hingga akhirnya....

“anginnya cukup besar disini,sudah yuk...aku takut kamu masuk angin jika berlama lama disini” iya mencoba meninggalkan tempat ia berdiri.
“kamu duluan aja,aku masih mau disini.” Dan sila tetap berdiri menikmati angin yang mencoba mengganggu tubuhnya.
Langkah Dame terhenti saat ia berdiri tepat di depan pintu kecil yangmenghubungkan antar luar dan dalam gedung “sila...kemarilah.”
Sila pun menoleh kebelakang dan menghampiri Dame yang telah menanti kehadiran dirinya “apa dam?”
Dame pun menanti langkah sila hingga terhenti dan tepat berada di depan tubuhnya.

“ada apa?” langkah sila pun terhenti.
Dame pun membuka kedua tangannya,memberikan suatu isyarat kepada Sila,agar Sila menghampirnya dengan tubuh yang ia sedikit lunglaikan dan tangan Dame yang mencoba menahannya.
“mmmm...manjanya kamu sil” pelukan yang penuh kehangatan yang Dame berikan kepada tubuh mungil Sila . “ini yang aku suka,kamu begitu paham” sila pun enggan menolak kehangatan ini.
Pelukan Dame adalah pelukan yang pertama kali Sila rasakan,kehangat yang berbeda saat ia bersama dengan kekasihnya,Sila merasa terjaga saat bersama Dame lain halnya seperti saat ia bersama kekasihnya.
“aku tak lama lagi berada disini dam” airmata pun sontak terjatuh dari kedua mata Sila,pelukan Dame pun semakin erat,seakan tak mau kehilangan, “kalo kangen ya bilang,jangan kamu pendam sendirian...”,”aku malu,mungkin aku akan bicara seperti itu padamu dam “.
Dalam pelukannya sila merasa heran “dam ko aku deg-degan?”,dame pun sedikit merenggangkan pelukannya “iya dadamu bergetar,hingga kesini,kamu kenapa sil?”,sila tetap heran “aku ga tau dan,apa arti dari getaran ini...”, dengan dewasanya dameia merespon “mungkin kamu yang terlalu kelelahan saat berlari tadi sil..”, “tapi aku lelah merasakan getaran ini,begitu cepat,tak biasa.” Tubuh sila pun semakin melunglai hampr tak mampu berdiri dan Dame pun mencoba memeluk lebih erat.
-RRR-
Sebuah isyarat Dame berikan kepada Sila,dan di kecuplah kening yang tak begitu lebar yang dimiliki Sila,pipi yang merona ,dan bibir manisnya.

Hingga akhirnya mereka tak kuasa menopang tubuhnya masing-masing,mereka jatuhkanlah dirinya di sebuah bangku dan sila pun berada tepat di pangkuan dame.

Keduanya merasa aman dan terjaga bercumbu bersama di lantai 4 tersebut.Atas dasar apa,mereka pun tak tahu mengapa mereka melakukan hal tersebut.
Cukup lama mereka bercumbu mesra dan sila mencoba meng akhirinya “mmmhhh...udah...aku takut”, dame pun melepaskan pelukannya “oke,aku turun yah,bagaimana dengan kamu?”,”pergi saja,biar aku sendiri,aku takut nanti ada yg lihat”
Sebuah pesan singkat menghampiri ponsel sila setelah beberapa saat Dame turun ddar lantai tersebut *aman,kalo mau turun,turun aja,tetap hati-hati yah :* *
Bergegaslah sila turun dan tetap berhati-hati.
Keduanya telah berada di pantry dan berkumpul bersama dengan rekan-rekan lainnya seolah tak melakukan hal apa pun di beberapa saat lalu.

Cangkir usang




Pagi nan indah...
Ku nikmati segala anugerah yang telah tuhan beri pada setiap makhluk dengan adil..
Ku berjalan dengan pasti,ku awali pagi ku dengan sosok aku dimasa lalu dan sekarang,tanpa ada yang kurang sedikit pun,ya...aku tetap menjadi cangkir usang-kosong-dingin...tanpa ada setetes kopi murah atau mahal sekali pun didalamnya.Aktivitas ku yang terasa melelahkan itu sudah seperti soulmate yang menyatukan tubuhnya dekat dengan kulit-hati-pikiran ini,dan peranan kaki yang sangat penting untuk aku berjalan,dan seluruh bagian tubuh ku yang akan menjadi pertama ku ucapkan banyak terimakasih..mereka bekerja tanpa ada keluh kesah.
Oh tuhan apakah ini...
Ku dimanjakan dengan anugerah mu lagi,tapi kurasa ini lain tak seperti anugerah yang setiap hari kau beri dan setiap saat ku rasakan,kau turun kan aku sebongkah intan permata yang nampak sederhana dipandangan orang lain,namun ku tak menengoknya persis seperti yang lain....aku-merasa-tertarik...
Sapaan pertama yang tak indah memang menjadi awal perjumpaan kami,rasa benci hadir karna kesalahan kami menilai dan menganalisa siapa kau dan siapa aku,kami hanya menerawang diri kami masing-masing dari teropong bukan dengan mata telanjang,ini kesalahan kami...
Perjalanan ini semakin terasa hadir,apakah ini memang ada atau kah aku yang baru menjadi perasa?
Sedikit demi sedikit ku miliki senyum mu...bahagialah aku...ku pikir aku takkan menjadi usang terus menerus karna permata ini yang kini mampu menghiasi tubuh ku ini,aku merasa megah akan hadirnya sosok mu,tubuhku tak terasa berdebu karna ku memiliki senyum manismu,aku tak lapuk lagi ku merasa ku terlahir kembali karna telah kau pancarkan sinar itu kepada diriku...
Setelah hujan terbitlah pelangi nan indah, namun pelangi takkan selamanya mengindahkan langit yang sedang bersedih hati,sama seperti kisah ku...pelangiku hilang setelah ku mengetahui bahwa permata ku itu terikatkan emas nan elok membalut tubuhnya sejak lama...rasanya tubuh ini memang akhir-akhir ini terjatuh namun jatuh dari ketinggian dan mendarat di gumpalan kapas yang terasa aman dan terjaga,kini ku merasakan terjatuh yang beda....aku merasa berada pada ketinggian yang tak pernah ku kira seberani ini kah ku berdada di tempat ini dan akhirnya aku jatuh menjadi seribu...tubuhku pecah dan berantakkan tuhan...namun ku coba tetap menjadi aku yang kemarin di hadapan permataku,seolah ini baik-baik saja...
Aku dan dirinya merasa seperti menemukan,menemukan apa yang selama ini kami cari,yaitu melengkapi satu sama lain...namun hanya ada satu penghalang yang menajadikan kami takkan pernah bisa menyatu,tubuhnya telah terikat emas itu,ternyata aku kalah cepat berjumpa dengannya.
Aku dan dirinya sering melewati beberapa waktu bersama,bak sepasang pasangan yang saling melengkapi namun dalam hening aku merasa hati ku tak bisa diam seperti merasa geram,otak ku selalu bicara “apa yang kau lakukan!!!!!kau buat dirinya bahagia bersama kau,perlu kau ingat ia telah dimilik orang lain!!!!” AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!! Rasanya ku ingin mati saja berada di jalan yang salah,lamunanku terasa panjang  saat menatap wajahnya itu terfikir suatu kontra antara fikiran dan hati,matanya yang ku rindukan,ritme nafas yang selalu kurasa dan suara yang hangat akan menghatui ku dimana pun ku berada,tuhan jangan kau tunjukan apa yang terjadi didalam diriku ini...aku tak kan rela kehilangan rasa nyaman ini.

Waktu memaksa ku untuk menghadapinya...angka dan detak jam pun tak bisa ku hentikan begitu saja,begitu pun dengan pergantian siang dan malam...
Kimiat ku datang...
Kita bertukar perasaan dalam waktu yang cukup singkat,berkata jujur tentang apa yang masing masing kami rasakan,sebetulnya ini bahagia untuk ku dan dirinya namun lagi-lagi kami terbataskan oleh emas itu...
Pupus harapan ku,aku tetaplah aku,cangkir usang-kotor-tak menarik ternyata akan tetap selalu menjadi notabane ku,ternyata aku takkan menjadi cangkir yang menjadi pujaan para bangsawan kerajaan yang akan diindah kan oleh permataku itu...

Tubuh ini memang bisa pergi namun rasa ini takkan pernah lari....
coffee_photography10.jpg
                                                                                                                R